Tuesday, August 28, 2012
Semua kalimat dalam arti sebenar nya. Tak perlu dianalisa.
Kamis, 16 Agustus 2012
Pagi
Saya pergi ke Snapy sekitar jam 10.30 pagi untuk mengupdate salah satu post. Dari pagi sampai siang ibu saya sibuk membersihkan rumah dengan adik saya, Enna. Beliau bilang bahwa hari itu adalah deadline rumah harus bersih, karena hari Minggu sudah Lebaran. Seperti tahun-tahun sebelum nya, hari kedua Lebaran rumah kami selalu open house dari pagi.
Siang - Sore
Sepulang dari Snapy (sekitar jam 12 siang), rumah saya dalam keadaan sudah bersih dan rapi sekali. Ibu dan ayah saya sedang nonton tv. Ibu saya sempat menyuruh saya makan siang dulu, saya bilang saya ngantuk banget. Saya yang tidak tidur semenit pun dari malam; langsung masuk kamar dan tidur.
Malam
Sekitar jam 18.30 saya terbangun untuk menjemputAzka di Bintaro Plaza, yang sedang buka bersama Alvin, adik Arman. Keluar kamar, saya agak heran. Rumah saya dalam keadaan gelap gulita. Tak ada satu pun lampu yang dinyalakan; dan ini di luar kebiasaan keluarga saya. Biasanya jika mereka pergi menjelang sore, pasti lampu ada yang dinyalakan.
Saya tau bahwa hari itu adik-adik saya harus ke airport untuk menjemput suami Enna, yaitu Panji; yang ambil cuti untuk berlebaran di Jakarta (Panji bekerja di Malang); tapi saya tak tau bahwa ayah dan ibu saya juga berencana ikut menjemput Panji. Setelah menyalakan semua lampu dalam dan luar, saya berangkat menjemput Azka di Bintaro Plaza (FYI, SAYA TAK PUNYA FIRASAT APA PUN, TAPI MALAM ITU SAYA MENGENAKAN KAOS HITAM dan JEANS HITAM); kemudian saya mengajak Azka makan di Bintaro 9 Walk, karena saya belum makan. Setelah itu kami langsung pulang.
Ketika saya dan Azka sampai rumah, garasi masih kosong. Berarti keluarga saya belum datang. Saya dan Azka langsung masuk kamar. Ketika saya sedang menggantikan baju Azka dengan baju tidur; sayup-sayup saya seperti mendengar suara ibu saya. Saya dengar ibu saya ngomong, "Ken, mama udah tenang. Tenang banget.". Saya sempat merinding, karena tak yakin bahwa suara yang saya dengar adalah suara ibu saya. Kurang lebih 5-7 menit kemudian, handphone saya berdering (sekitar jam 22.30). Ipar saya, Doddy menelphone saya dengan suara yang bergetar karena menangis, "Mbak, aduh gimana ya bilang nya? Umm, mama udah ngga ada mbak. Mama meninggal. Sekarang ada di RS. Mitra Kemayoran.".
Saya yang sempat mendengar suara ibu saya sebelum Doddy menelepon, sudah tidak terlalu kaget. Tapi setelah telephone ditutup, saya baru shock sebentar. Setelah itu saya siap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Tapi akhirnya saya minta Doddy yang sedang di rumah orang tua nya di sektor 9; untuk menjemput saya dan Azka dan berangkat ke Kemayoran bersama-sama. Doddy menelphone lagi dan mengatakan bahwa saya tak perlu ke Kemayoran, karena sudah banyak keluarga yang di sana untuk mengurus segala sesuatunya. Menurut Doddy percuma ke rumah sakit, karena sebentar lagi jenazah ibu saya akan dibawa ke rumah. Doddy bilang bahwa saya sebaiknya membereskan rumah, menyiapkan karpet-karpet, dll, sebelum jenazah datang. saya berdua Azka membereskan rumah, mencari karpet dsb. Tak lama kemudian beberapa sepupu saya dari pihak ibu saya yang laki-laki, datang. Mereka yang mengurus segala sesuatunya.
Kurang lebih pukul 12 malam, jenazah ibu saya dan rombongan dari rumah sakit sampai ke rumah kami (disemayamkan du rumah duka).
Kronologis Wafatnya Ibu saya (menurut cerita adik-adik saya)
Adik saya yang paling kecil, Tyas, mengantar Enna untuk menjemput Panji. Ayah dan ibu saya mau ikut, mereka mungkin mau sekalian buka puasa di luar. Jadi yang menjemput Panji saat itu: Enna dan Rava, Tyas dan Raekha, ayah dan ibu saya. Doddy tidak ikut karena masih di kantor, belum libur.
Sepulang dari airport, keluarga saya makan malam di Bandar Djakarta, Ancol. Kata adik-adik saya, ibu saya terlihat sangat senang, bahkan beliau bercanda dan tertawa-tawa terus. Selesai makan sekitar pukul 21.30, keluarga saya pulang. Masih di dalam Ancol, ibu saya terbatuk-batuk terus dan mengatakan bahwa beliau sesak nafas. Keluarga kami memang punya penyakit asthma dan alergi. Ibu saya penderita asthma parah, dan beliau selalu tergantung pada inhaler/ventolin. Di luar kebiasaan, malam itu ibu saya tidak membawa inhaler nya, tertinggal di rumah.
Panji langsung ngebut mencari apotik, bahkan sampai nyetir melawan arah untuk segera mencari apotik dan/atau rumah sakit terdekat. Menurut Panji, dia mengklakson-klakson sambil mengeluarkan tangan nya agar kendaraan lain menepi. Ibu saya memajukan badan nya ke depan dan ikut mengklakson-klakson agar diberikan jalan oleh kendaraan lain.
Ternyata tak ada apotik. Akhirnya mereka mencari mini market untuk membeli obat asthma untuk pertolongan pertama. Tyas turun membeli obat minum untuk melegakan pernafasan dan juga balsem. Ibu saya sempat meminum obat asthma tersebut, tapi air minum yang dipegang beliau mulai tumpah-tumpah karena tangan ibu saya gemetaran. Adik saya memberi nafas bantuan dan membaluri dada ibu saya dengan balsem. Tapi ibu saya terus bilang bahwa beliau tak bisa nafas, dan tak lama kemudian ibu saya pingsan di dada/dekapan ayah saya. Panji mengarahkan mobil ke arah Kemayoran, yang terdekat; dam menuju RS. MITRA.
Ibu saya langsung dibawa ke UGD. Semua turun dan masuk ke dalam UGD, kecuali ayah saya. Baru sebentar ibu saya di dalam ruangan; tapi pihak rumah sakit sudah menyerah karena sudah memberikan bantuan pernafasan maksimal. Menurut pihak rumah sakit, saat ibu saya pingsan; sebenarnya beliau telah wafat. Meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit (berarti ibu saya meninggal di dekapan ayah saya).
Ayah saya yang merasa adik-adik saya terlalu lama di ruang UGD, dan belum ada yang keluar untuk mengabari beliau; akhir nya mematikan mesin mobil dan mengunci mobil sendiri lalu berjalan sendiri menuju ruang UGD (fyi, setelah stroke ayah saya susah berjalan, dan menggunakan tongkat). Sesampai nya di ruag UGD, pihak rumah sakit bilang bahwa ibu saya masih dalam penanganan; padahal ibu saya telah wafat. Ayah saya disuruh pihak rumah sakit untuk duduk dulu; tak lama kemudian baru beliau diberitahu pelan-pelan.
Selamat jalan, Ma. Do'a kami semoga arwah Mama diberi ampunan dan rahmat, serta amal ibadah Mama diterima di sisi Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
POST INI AKAN DIUPDATE LAGI
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN
Telah berpulang ke Rahmatullah istri/mama/nien yang sangat kami cintai; Tjahyani Subroto binti Baraya Barza pada hari Kamis, 16 Agustus 2012 pukul 22.00 di RS. Mitra Kemayoran, Jakarta. Alhamdulillah ibu saya wafat pada hari baik dan bulan baik. Beliau tutup usia pada malam Jum'at, di bulan Ramadhan. |
Kamis, 16 Agustus 2012
Pagi
Saya pergi ke Snapy sekitar jam 10.30 pagi untuk mengupdate salah satu post. Dari pagi sampai siang ibu saya sibuk membersihkan rumah dengan adik saya, Enna. Beliau bilang bahwa hari itu adalah deadline rumah harus bersih, karena hari Minggu sudah Lebaran. Seperti tahun-tahun sebelum nya, hari kedua Lebaran rumah kami selalu open house dari pagi.
Siang - Sore
Sepulang dari Snapy (sekitar jam 12 siang), rumah saya dalam keadaan sudah bersih dan rapi sekali. Ibu dan ayah saya sedang nonton tv. Ibu saya sempat menyuruh saya makan siang dulu, saya bilang saya ngantuk banget. Saya yang tidak tidur semenit pun dari malam; langsung masuk kamar dan tidur.
Malam
Sekitar jam 18.30 saya terbangun untuk menjemputAzka di Bintaro Plaza, yang sedang buka bersama Alvin, adik Arman. Keluar kamar, saya agak heran. Rumah saya dalam keadaan gelap gulita. Tak ada satu pun lampu yang dinyalakan; dan ini di luar kebiasaan keluarga saya. Biasanya jika mereka pergi menjelang sore, pasti lampu ada yang dinyalakan.
Saya tau bahwa hari itu adik-adik saya harus ke airport untuk menjemput suami Enna, yaitu Panji; yang ambil cuti untuk berlebaran di Jakarta (Panji bekerja di Malang); tapi saya tak tau bahwa ayah dan ibu saya juga berencana ikut menjemput Panji. Setelah menyalakan semua lampu dalam dan luar, saya berangkat menjemput Azka di Bintaro Plaza (FYI, SAYA TAK PUNYA FIRASAT APA PUN, TAPI MALAM ITU SAYA MENGENAKAN KAOS HITAM dan JEANS HITAM); kemudian saya mengajak Azka makan di Bintaro 9 Walk, karena saya belum makan. Setelah itu kami langsung pulang.
Ketika saya dan Azka sampai rumah, garasi masih kosong. Berarti keluarga saya belum datang. Saya dan Azka langsung masuk kamar. Ketika saya sedang menggantikan baju Azka dengan baju tidur; sayup-sayup saya seperti mendengar suara ibu saya. Saya dengar ibu saya ngomong, "Ken, mama udah tenang. Tenang banget.". Saya sempat merinding, karena tak yakin bahwa suara yang saya dengar adalah suara ibu saya. Kurang lebih 5-7 menit kemudian, handphone saya berdering (sekitar jam 22.30). Ipar saya, Doddy menelphone saya dengan suara yang bergetar karena menangis, "Mbak, aduh gimana ya bilang nya? Umm, mama udah ngga ada mbak. Mama meninggal. Sekarang ada di RS. Mitra Kemayoran.".
Saya yang sempat mendengar suara ibu saya sebelum Doddy menelepon, sudah tidak terlalu kaget. Tapi setelah telephone ditutup, saya baru shock sebentar. Setelah itu saya siap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Tapi akhirnya saya minta Doddy yang sedang di rumah orang tua nya di sektor 9; untuk menjemput saya dan Azka dan berangkat ke Kemayoran bersama-sama. Doddy menelphone lagi dan mengatakan bahwa saya tak perlu ke Kemayoran, karena sudah banyak keluarga yang di sana untuk mengurus segala sesuatunya. Menurut Doddy percuma ke rumah sakit, karena sebentar lagi jenazah ibu saya akan dibawa ke rumah. Doddy bilang bahwa saya sebaiknya membereskan rumah, menyiapkan karpet-karpet, dll, sebelum jenazah datang. saya berdua Azka membereskan rumah, mencari karpet dsb. Tak lama kemudian beberapa sepupu saya dari pihak ibu saya yang laki-laki, datang. Mereka yang mengurus segala sesuatunya.
Kurang lebih pukul 12 malam, jenazah ibu saya dan rombongan dari rumah sakit sampai ke rumah kami (disemayamkan du rumah duka).
Kronologis Wafatnya Ibu saya (menurut cerita adik-adik saya)
Adik saya yang paling kecil, Tyas, mengantar Enna untuk menjemput Panji. Ayah dan ibu saya mau ikut, mereka mungkin mau sekalian buka puasa di luar. Jadi yang menjemput Panji saat itu: Enna dan Rava, Tyas dan Raekha, ayah dan ibu saya. Doddy tidak ikut karena masih di kantor, belum libur.
Sepulang dari airport, keluarga saya makan malam di Bandar Djakarta, Ancol. Kata adik-adik saya, ibu saya terlihat sangat senang, bahkan beliau bercanda dan tertawa-tawa terus. Selesai makan sekitar pukul 21.30, keluarga saya pulang. Masih di dalam Ancol, ibu saya terbatuk-batuk terus dan mengatakan bahwa beliau sesak nafas. Keluarga kami memang punya penyakit asthma dan alergi. Ibu saya penderita asthma parah, dan beliau selalu tergantung pada inhaler/ventolin. Di luar kebiasaan, malam itu ibu saya tidak membawa inhaler nya, tertinggal di rumah.
Panji langsung ngebut mencari apotik, bahkan sampai nyetir melawan arah untuk segera mencari apotik dan/atau rumah sakit terdekat. Menurut Panji, dia mengklakson-klakson sambil mengeluarkan tangan nya agar kendaraan lain menepi. Ibu saya memajukan badan nya ke depan dan ikut mengklakson-klakson agar diberikan jalan oleh kendaraan lain.
Ternyata tak ada apotik. Akhirnya mereka mencari mini market untuk membeli obat asthma untuk pertolongan pertama. Tyas turun membeli obat minum untuk melegakan pernafasan dan juga balsem. Ibu saya sempat meminum obat asthma tersebut, tapi air minum yang dipegang beliau mulai tumpah-tumpah karena tangan ibu saya gemetaran. Adik saya memberi nafas bantuan dan membaluri dada ibu saya dengan balsem. Tapi ibu saya terus bilang bahwa beliau tak bisa nafas, dan tak lama kemudian ibu saya pingsan di dada/dekapan ayah saya. Panji mengarahkan mobil ke arah Kemayoran, yang terdekat; dam menuju RS. MITRA.
Rumah Sakit Mitra Kemayoran |
Ibu saya langsung dibawa ke UGD. Semua turun dan masuk ke dalam UGD, kecuali ayah saya. Baru sebentar ibu saya di dalam ruangan; tapi pihak rumah sakit sudah menyerah karena sudah memberikan bantuan pernafasan maksimal. Menurut pihak rumah sakit, saat ibu saya pingsan; sebenarnya beliau telah wafat. Meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit (berarti ibu saya meninggal di dekapan ayah saya).
Suasana di ruang UGD RS. Mitra, Kemayoran |
Ayah saya yang merasa adik-adik saya terlalu lama di ruang UGD, dan belum ada yang keluar untuk mengabari beliau; akhir nya mematikan mesin mobil dan mengunci mobil sendiri lalu berjalan sendiri menuju ruang UGD (fyi, setelah stroke ayah saya susah berjalan, dan menggunakan tongkat). Sesampai nya di ruag UGD, pihak rumah sakit bilang bahwa ibu saya masih dalam penanganan; padahal ibu saya telah wafat. Ayah saya disuruh pihak rumah sakit untuk duduk dulu; tak lama kemudian baru beliau diberitahu pelan-pelan.
Almh ibu saya, Tjahyani Subroto binti Baraya Barza. Suami almh tante saya, Henk, sedang membaca surat Yasin. |
Selamat jalan, Ma. Do'a kami semoga arwah Mama diberi ampunan dan rahmat, serta amal ibadah Mama diterima di sisi Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
Saya, Tyas, Enna |
Saya sangat sedih, tapi saya tenang. Tenang, karena almh ibu saya sudah sangat tenang. Ibu saya wafat dalam keadaan tersenyum. Saya mencium telapak kaki ibu saya saat jenazah beliau dimandikan |
Saya berkali-kali menciumi kaki ibu saya |
Jenazah ibu saya setelah disholatkan |
Suasana dalam rumah beberapa menit sebelum jenazah ibu saya dibawa ke mesjid, untuk selanjutnya diberangkatkan ke peristirahatan terakhir |
Alhamdulillah, banyak yang mengantar ibu saya ke peristirahatan nya yang terakhir |
Jalanan Jakarta saat itu tak begitu lengang |
Rombongan yang menuju TPU KAMPUNG KANDANG, Ciganjur |
Rombongan telah mendekati TPU KAMPUNG KANDANG, Ciganjur |
POST INI AKAN DIUPDATE LAGI
Wednesday, August 15, 2012
Ayah saya 'jatuh miskin' sejak akhir 2009, kata nya. Tidak punya uang sepeser pun di bank, kata nya. Sejak itu tiap bulan saya menyisihkan uang dari Arman (dengan sepengetahuan dan seizin Arman), dan gaji saya untuk tambahan uang bulanan orang tua saya, kedua adik saya pun melakukan hal yang sama.
Pernah satu waktu, ibu saya mengeluh tak punya uang sama sekali; akhirnya saya merelakan dan menyerahkan jam tangan kado dari B untuk ibu saya jual; dan SELURUH hasil jual jam tangan tersebut untuk ibu saya, saya tak minta/mengambil sepeser pun.
July 2010, ketika ayah sy stroke, sy mulai merasa adanya kejanggalan. ayah sy di ICU di rumah sakit yg biaya ruang ICU nya -tmsk obat dll- sekitar 8 juta per hari. Biaya perawatan UGD yang hanya beberapa jam saja; Rp. 4 juta lebih dan harus dibayar malam itu juga.
Tulisan tersebut adalah tulisan petugas administrasi RS. Premier Bintaro, tiap kali saya menyetor uang ke kasi (begitu ada dan bantuan), langsung saya setorkan. Total bill: Rp. 57. 522. 157,- << angka-angka yang sangat familiar bagi saya.
Masih masuk akal, jika org yg harus di ICU tak bs dipindahkan. yg sy heran, mengapa pada saat ayah sy sdh bs dipindahkan ke kamar, kel. sy tidak memindahkan beliau ke rumah sakit murah; tapi malah adik2 sy memilih kamar VIP?
Pada saat registrasi, sy bingung memilih kamar. adik sy Enna dgn tegasnya, memutuskan "Dad harus di kamar VIP..". Dan ayah sy langsung dibawa ke kamar Cendrawasih 271 (fyi 27 adlh tgl lahir enna, 27 May.
Berhubung laptop saya rusak total, jadi semua foto ketika kami di rumah sakit tak bisa ditransfer ke flashdisk saya; tapi di bawah ini ada screenshot updatean salah satu ipar saya Doddy Widodo Jayadi; sebagai bukti pendukung bahwa ayah saya memang menempati kamar VIP Cendrawasih 271.
Alhamdulillah nya, semua kel. dan tamu2 yg berkunjung -tanpa kami minta- sllu memberikan bantuan uang. sy yg dipercaya kel. sy mjdi bendahara dadakan, sempat terkaget-kaget. kami bs mendapat bantuan, jika pukul rata, hampir 5-10 juta per/hari.
Ibu dan adik2 sy blg, "See? Bantuan buat daddy pasti ada aja. Sekarang dad menuai hasil, karena kebaikan/kemurahan hatinya, waktu masih 'berada'." Ayah saya memang sangat murah hati. Dulu beliau selalu membantu panti-panti asuhan dan mesjid-mesjid.
Terkait dengan bantuan dana dari keluarga, teman-teman ayah saya, para relasi, dan juga perusahaan-perusahaan tempat beliau bekerja dulu; ada sedikit "keanehan". Bantuan dana terhenti ketika jumlah nya benar-benar hampir mencapai/menyamai total jumlah biaya rumah sakit.
Masih tak masuk di akal saya bagaimana mungkin keluarga 'sangat miskin' dengan anak-anak dan menantu-menantu nya nya yang bisa dibilang keluarga muda yang berpenghasilan belum berlebih bisa dengan pede nya memilih kamar VIP??? Padahal ayah saya saat itu belum diprediksi harus tinggal berapa lama, bisa saja sebulan atau lebih; otomatis perawatan yang lebih lama akan melonjakkan biaya kamar. Untung nya ayah saya hanya dirawat kurang lebih 7 hari, di kamar. Di ICU sekitar 4 hari.
Mengapa keluarga saya seolah-olah bisa memprediksi akan menerima bantuan sumbangan dr berbagai pihak? Mengapa mereka bisa segitu pede nya?
Ayah saya diperbolehkan dokter keluar rumah sakit (berobat jalan) tanggal 21 Juli 2010. Total biaya kamar selama 7 hari: Rp. 36.290.196.33 << muncul lagi angka 21, 36, 29 (29 Juli tgl akad nikah saya dan ex-suami, Arman) dan 33.
Secara logika, bukan kah keluarga yang sangat miskin jika terpaksa masuk rumah sakit mahal pun; tak kan memilih kamar VIP?
Keluarga-keluarga sangat miskin yang normal; tak kan mungkin memilih/akan berpikir beribu kali sebelum memilih RS. Premier Bintaro.
Saya tak suka dengan segala hal yang tak masuk logika saya.
NB: Post ini bukan ditujukan untuk Boy atau Chezar dan/atau menyindir siapa pun.
Thursday, August 9, 2012
Snapy, tengah malam
Semua kalimat di bawah ini bukan kalimat bersayap dan tidak mengandung kode apa pun.
Selarut ini saya ada di Snapy Gandaria, untuk menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan. Saya tidak akan bisa istirahat dengan tenang jika belum menulis ini. Siang tadi, lagi-lagi, saya bertengkar hebat dengan adik saya Enna dan ibu saya. Sampai saat ini saya belum bisa menghapus sakit hati dan dendam saya pada keluarga saya.
Mereka yang telah menghancurkan hidup saya, dengan membuat rencana-rencana tak jelas nya bagi saya; terus memberikan berbagai petunjuk; tapi tak pernah mengakuinya. Yang membuat saya sakit hati sekali, dari kalimat mereka seolah-olah saya sedang mengkhayal telah terjadi suatu konspirasi dan drama.
Jika mereka terbuka dan berterus terang mengenai semuanya -termasuk rencana perjodohan dan alternatif pilihan- saya justru tidak akan sakit hati. Ini sudah menghancurkan hidup saya, terus berdalih dan tak mengakui; sekarang malah makin menjadi; "menuduh" saya secara tidak langsung bahwa saya telah berkhayal difitnah oleh beberapa orang.
Yang saya tak mengerti, semuanya seperti teratur dan diatur, tapi tidak terkoordinir dengan baik. Contoh kecil adalah kejadian tadi siang, saya diminta mengantar ibu saya bersama Enna ke kelurahan untuk membuat KTP baru. Kata KTP diulang terus menerus sejak beberapa hari lalu sejak saya ngetweet tentang @Ciel_duke. Kemudian sering saya dengar kata, "Masa kakak nya ditendang?" << maksudnya @Ciel_duke.
Seperti nya mereka tidak mengerti bahwa @toiletcafe pun SEMPAT MERASA TERGANGGU SEKALI DENGAN TWEETS @Ciel_duke. Keluarga saya seolah-olah masih tetap mengira bahwa @Ciel_duke adalah "topeng" nya Chezar.
Kemudian hal kedua, Enna seperti nya juga merasa terganggu atas tweets saya yang memention nama keluarga besar suami nya, Panji. Enna juga seolah-olah seperti "menuduh" saya telah berkhayal bahwa ada yang memfitnah saya terkait dengan kata Sudirman. Enna terus berdalih bahwa keluarga Sudirman juga tak mengetahui apa pun.
Sebenarnya saya sering melihat kata Sudirman muncul terus di timeline sejak saya masih memfollow beberapa orang termasuk @myARTasya, jadi saya juga sempat melihat dia mentweet salah satu post nya yang berjudul: PELACUR DAN SUDIRMAN. Entah itu ada kaitan nya dengan saya atau tidak; dan jika iya pun, apakah itu info terselubung bagi saya dari Tasya Sudirman bahwa telah ada fitnah atau justru ia menyindir saya. Entah lah. Yang pasti sepertinya Enna dan keluarga saya TIDAK MENGETAHUI POST @myARTasya yang ini http://artasyasudirman.blogspot.com/2011/02/pelacur-dan-sudirman.html :
Kejadian tadi siang sangat menyakitkan saya. Keluarga saya tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan. Jika mereka BUKAN YANG MERENCANAKAN SEMUA INI DAN TIDAK TERLIBAT, SAYA JUSTRU AKAN RELA UNTUK MENGAMBIL LANGKAH ATAU TINDAKAN DEMI MEWUJUDKAN IMPIAN SAYA dengan laki-laki yang saya cintai. Ini mereka sudah menghacurkan hidup saya, tak mau mengakui, dan masih tega-tega nya terus menyalahkan saya dan seolah-olah seperti terus menerus menuduh saya berkhayal bahwa telah ada yang memfitnah saya.
Saye membangkang menentang keluarga saya karena mereka terus menebarkan segala petunjuk yg mengarah KE DUA ORG, yaitu B dan Z -dgn posisi petunjuk yg dibalik Z jd B, B jd Z- tp mrk tetap bsikap seolah tak mengetahui apa pun. Keluarga saya menebarkan segala petunjuk, bicara dalam bhs kode, tapi mrk trs bersikap seolah tak mengetahui apa pun; membuat kemarahan sy menjadi-jadi. Kemarahan sy makin menjadi, krn kel sy sering mengcopy gaya/kelakuan sy saat sdg berinteraksi (bicara jarak jauh/telepati) dengan B atau Z -bahkan ketika sy sdg sendirian di rmh pun mrk tetap bs tau apa yg sy lakukan saat berinteraksi melalui telepati- tapi (lagi-lagi) mrk tetap menyatakan bahwa mrk tak mengetahui apa pun.
Yang paling menyakitkan adalah ibu sy bhkan jg mengcopy perilaku sy saat berinteraksi jarak jauh (telepati); tapi beliau berkata, "jd orang biasa-biasa aja, kamu ngga bs telepati/mendengar suara apa pun.". Sebenarnya dari dulu saya juga tak pernah menggembar-gemborkan bahwa saya punya sixth sense. Saya justru cenderung menutupi dari orang yang tak terlalu dekat dengan saya (hanya keluarga dan bekas sahabat-sahabat lama saya yang tau, itu pun tak semua).
Jika blh memilih, sy jg tak ingin punya sixth sense. sy bahkan sempat meragukan 'kelebihan' yg sy miliki ini. Mgkn sy akan trs merasa tak yakin, jk tak muncul isi convo telepati sy di timeline toiletcafe; yg bahkan kdg sering livetweet.
Setelah kejadian, saya mengetik panjang di hp utk B & Z, kalimat sy ditutup dgn "sy sakit hati sekali, lebaran ini sy tak mau silaturahmi kemana pun dan saya tak mau datang ke acara buka puasa bersama keluarga ayah saya minggu depan."
Tak lama kemudian, @toiletcafe ngetweet ini:
JIKA TAK ADA KOMUNIKASI DAN/ATAU KONSPIRASI ANTARA TOILETCAFE dan KELUARGA SAYA. BAGAIMANA MGKN TOILETCAFE BS TAU BHW KELUARGA SY SDH RESERVASI DI REST. DAPUR SUNDA CIPETE, 17 AGUSTUS MINGGU DEPAN???
FOTO DAPUR SUNDA (updated), akan saya post lagi di post terbaru saya nanti.
Keterangan: Ibu saya wafat pada hari Kamis, 16 Agustus 2012. Keluarga besar saya telah membayar dan memesan makanan di Dapur Sunda untuk buka puasa bersama keluarga besar dari pihak ayah saya. Jadi sepupu saya mengambil makanan-makanan yang telah dipesan tersebut dan dibawa ke acara tahlilan ibu saya pada malam hari, 17 Agustus 2012; setelah pemakaman.
Keluarga sy yg merencanakan sgl hal tkait dgn B, tapi mrk jg yg MENGHANCURKAN TEORI SY DGN SECARA TAK LGS, MENGATAKAN SY MENGKHAYAL. Saya tidak memunculkan lagi post tentang The Love of My Life, karena lama-lama saya merasa B tak seperti dulu lagi; dan tak layak saya publish dan expose di tumblr dan atau blogpost saya.
Rumah keluarga yang harusnya bisa mengayomi orang-orang di dalam nya, sejak beberapa tahun terakhir terasa seperti "neraka" bagi saya. Sebenarnya saya tidak mau menulis seperti ini, karena saya bukan anak durhaka; tapi dari dulu apa pun yang saya perbuat tak pernah benar di mata ibu saya. Padahal jika ada apa-apa dalam keluarga, justru saya yang selalu maju untuk membela siapa pun di keluarga besar saya.
Saya pernah dikeroyok (dalam artian sebenarnya) oleh ayah, ibu, adik saya Tyas, dan ipar saya Doddy. Ayah saya meludahi wajah saya beberapa kali, ibu saya mencakar-cakar leher saya sampai kulit leher saya terangkat/mengelupas lalu menjambak rambut saya. Katika saya berontak, Doddy mencekik saya dan membenturkan badan dan kepala saya ke tembok kemudian menampar saya dengan sangat keras.
Pagi hari nya saya meriang dan demam tinggi, tapi saya paksakan menyetir ke rumah tante saya -yang masih di Bintaro juga- untuk minta tolong mengobati luka-luka di leher saya. Saya susah mengobati luka saya sendiri, karena tangan saya susah digerakkan dan seluruh badan saya sakit.
Kini saya sudah meyerah dengan segala "khayalan" saya ini. Waktu nya berhenti berharap dan tetap terjaga agar tidak pernah bermimpi dan/atau mengkhayal lagi untuk bisa hidup bersama dengan Boy.
Di bawah ini adalah hasil screenshots terkait dengan segala alasan yang menyebabkan mati rasa nya saya pada cinta mati saya, yaitu B (the one):
Semua kalimat di bawah ini bukan kalimat bersayap dan tidak mengandung kode apa pun.
Selarut ini saya ada di Snapy Gandaria, untuk menuangkan pikiran saya ke dalam tulisan. Saya tidak akan bisa istirahat dengan tenang jika belum menulis ini. Siang tadi, lagi-lagi, saya bertengkar hebat dengan adik saya Enna dan ibu saya. Sampai saat ini saya belum bisa menghapus sakit hati dan dendam saya pada keluarga saya.
Mereka yang telah menghancurkan hidup saya, dengan membuat rencana-rencana tak jelas nya bagi saya; terus memberikan berbagai petunjuk; tapi tak pernah mengakuinya. Yang membuat saya sakit hati sekali, dari kalimat mereka seolah-olah saya sedang mengkhayal telah terjadi suatu konspirasi dan drama.
Jika mereka terbuka dan berterus terang mengenai semuanya -termasuk rencana perjodohan dan alternatif pilihan- saya justru tidak akan sakit hati. Ini sudah menghancurkan hidup saya, terus berdalih dan tak mengakui; sekarang malah makin menjadi; "menuduh" saya secara tidak langsung bahwa saya telah berkhayal difitnah oleh beberapa orang.
Yang saya tak mengerti, semuanya seperti teratur dan diatur, tapi tidak terkoordinir dengan baik. Contoh kecil adalah kejadian tadi siang, saya diminta mengantar ibu saya bersama Enna ke kelurahan untuk membuat KTP baru. Kata KTP diulang terus menerus sejak beberapa hari lalu sejak saya ngetweet tentang @Ciel_duke. Kemudian sering saya dengar kata, "Masa kakak nya ditendang?" << maksudnya @Ciel_duke.
Seperti nya mereka tidak mengerti bahwa @toiletcafe pun SEMPAT MERASA TERGANGGU SEKALI DENGAN TWEETS @Ciel_duke. Keluarga saya seolah-olah masih tetap mengira bahwa @Ciel_duke adalah "topeng" nya Chezar.
Kemudian hal kedua, Enna seperti nya juga merasa terganggu atas tweets saya yang memention nama keluarga besar suami nya, Panji. Enna juga seolah-olah seperti "menuduh" saya telah berkhayal bahwa ada yang memfitnah saya terkait dengan kata Sudirman. Enna terus berdalih bahwa keluarga Sudirman juga tak mengetahui apa pun.
Mungkin Enna terlalu naif untuk mengerti sindiran-sindiran di mainstream.
Sebenarnya saya sering melihat kata Sudirman muncul terus di timeline sejak saya masih memfollow beberapa orang termasuk @myARTasya, jadi saya juga sempat melihat dia mentweet salah satu post nya yang berjudul: PELACUR DAN SUDIRMAN. Entah itu ada kaitan nya dengan saya atau tidak; dan jika iya pun, apakah itu info terselubung bagi saya dari Tasya Sudirman bahwa telah ada fitnah atau justru ia menyindir saya. Entah lah. Yang pasti sepertinya Enna dan keluarga saya TIDAK MENGETAHUI POST @myARTasya yang ini http://artasyasudirman.blogspot.com/2011/02/pelacur-dan-sudirman.html :
Kejadian tadi siang sangat menyakitkan saya. Keluarga saya tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan. Jika mereka BUKAN YANG MERENCANAKAN SEMUA INI DAN TIDAK TERLIBAT, SAYA JUSTRU AKAN RELA UNTUK MENGAMBIL LANGKAH ATAU TINDAKAN DEMI MEWUJUDKAN IMPIAN SAYA dengan laki-laki yang saya cintai. Ini mereka sudah menghacurkan hidup saya, tak mau mengakui, dan masih tega-tega nya terus menyalahkan saya dan seolah-olah seperti terus menerus menuduh saya berkhayal bahwa telah ada yang memfitnah saya.
Saye membangkang menentang keluarga saya karena mereka terus menebarkan segala petunjuk yg mengarah KE DUA ORG, yaitu B dan Z -dgn posisi petunjuk yg dibalik Z jd B, B jd Z- tp mrk tetap bsikap seolah tak mengetahui apa pun. Keluarga saya menebarkan segala petunjuk, bicara dalam bhs kode, tapi mrk trs bersikap seolah tak mengetahui apa pun; membuat kemarahan sy menjadi-jadi. Kemarahan sy makin menjadi, krn kel sy sering mengcopy gaya/kelakuan sy saat sdg berinteraksi (bicara jarak jauh/telepati) dengan B atau Z -bahkan ketika sy sdg sendirian di rmh pun mrk tetap bs tau apa yg sy lakukan saat berinteraksi melalui telepati- tapi (lagi-lagi) mrk tetap menyatakan bahwa mrk tak mengetahui apa pun.
Yang paling menyakitkan adalah ibu sy bhkan jg mengcopy perilaku sy saat berinteraksi jarak jauh (telepati); tapi beliau berkata, "jd orang biasa-biasa aja, kamu ngga bs telepati/mendengar suara apa pun.". Sebenarnya dari dulu saya juga tak pernah menggembar-gemborkan bahwa saya punya sixth sense. Saya justru cenderung menutupi dari orang yang tak terlalu dekat dengan saya (hanya keluarga dan bekas sahabat-sahabat lama saya yang tau, itu pun tak semua).
Jika blh memilih, sy jg tak ingin punya sixth sense. sy bahkan sempat meragukan 'kelebihan' yg sy miliki ini. Mgkn sy akan trs merasa tak yakin, jk tak muncul isi convo telepati sy di timeline toiletcafe; yg bahkan kdg sering livetweet.
Setelah kejadian, saya mengetik panjang di hp utk B & Z, kalimat sy ditutup dgn "sy sakit hati sekali, lebaran ini sy tak mau silaturahmi kemana pun dan saya tak mau datang ke acara buka puasa bersama keluarga ayah saya minggu depan."
Tak lama kemudian, @toiletcafe ngetweet ini:
JIKA TAK ADA KOMUNIKASI DAN/ATAU KONSPIRASI ANTARA TOILETCAFE dan KELUARGA SAYA. BAGAIMANA MGKN TOILETCAFE BS TAU BHW KELUARGA SY SDH RESERVASI DI REST. DAPUR SUNDA CIPETE, 17 AGUSTUS MINGGU DEPAN???
FOTO DAPUR SUNDA (updated), akan saya post lagi di post terbaru saya nanti.
Keterangan: Ibu saya wafat pada hari Kamis, 16 Agustus 2012. Keluarga besar saya telah membayar dan memesan makanan di Dapur Sunda untuk buka puasa bersama keluarga besar dari pihak ayah saya. Jadi sepupu saya mengambil makanan-makanan yang telah dipesan tersebut dan dibawa ke acara tahlilan ibu saya pada malam hari, 17 Agustus 2012; setelah pemakaman.
Keluarga sy yg merencanakan sgl hal tkait dgn B, tapi mrk jg yg MENGHANCURKAN TEORI SY DGN SECARA TAK LGS, MENGATAKAN SY MENGKHAYAL. Saya tidak memunculkan lagi post tentang The Love of My Life, karena lama-lama saya merasa B tak seperti dulu lagi; dan tak layak saya publish dan expose di tumblr dan atau blogpost saya.
Rumah keluarga yang harusnya bisa mengayomi orang-orang di dalam nya, sejak beberapa tahun terakhir terasa seperti "neraka" bagi saya. Sebenarnya saya tidak mau menulis seperti ini, karena saya bukan anak durhaka; tapi dari dulu apa pun yang saya perbuat tak pernah benar di mata ibu saya. Padahal jika ada apa-apa dalam keluarga, justru saya yang selalu maju untuk membela siapa pun di keluarga besar saya.
Saya agak susah memaafkan Boy dan Chezar jika mereka ternyata TIDAK MEMBERITAHU KELUARGA SAYA, BAHWA @Ciel_duke @penagenic dan @bang_ganteng BUKAN LAH CHEZAR GIRINDRA NATAKUSUMAH.
Saya agak susah memaafkan mereka berdua, setelah tau bahwa sepertinya mereka tidak menginfokan hal-hal yang penting pada keluarga saya. Karena tak ada nya info yang benar, imbas nya saya menjadi korban.Saya agak susah memaafkan Boy dan Chezar jika mereka ternyata TIDAK MEMBERITAHU KELUARGA SAYA, BAHWA accounts anonim para perempuan murahan menjijikan yang ada di twitter; BUKAN LAH SAYA.
Saya pernah dikeroyok (dalam artian sebenarnya) oleh ayah, ibu, adik saya Tyas, dan ipar saya Doddy. Ayah saya meludahi wajah saya beberapa kali, ibu saya mencakar-cakar leher saya sampai kulit leher saya terangkat/mengelupas lalu menjambak rambut saya. Katika saya berontak, Doddy mencekik saya dan membenturkan badan dan kepala saya ke tembok kemudian menampar saya dengan sangat keras.
Malam itu, saya dan keluarga persis orang-orang yang kerasukan iblis-iblis yang sedang mengamuk.
Pagi hari nya saya meriang dan demam tinggi, tapi saya paksakan menyetir ke rumah tante saya -yang masih di Bintaro juga- untuk minta tolong mengobati luka-luka di leher saya. Saya susah mengobati luka saya sendiri, karena tangan saya susah digerakkan dan seluruh badan saya sakit.
Kini saya sudah meyerah dengan segala "khayalan" saya ini. Waktu nya berhenti berharap dan tetap terjaga agar tidak pernah bermimpi dan/atau mengkhayal lagi untuk bisa hidup bersama dengan Boy.
Di bawah ini adalah hasil screenshots terkait dengan segala alasan yang menyebabkan mati rasa nya saya pada cinta mati saya, yaitu B (the one):
Thursday, August 2, 2012
The Amazing Spiderman
Saya pernah tweet soal film The Amazing Spiderman yang saya tonton bareng Azka. Dari semua film Spiderman; The Amazing Spiderman lah yang paling berkesan buat saya. Saya merasa beberapa bagian hidup saya -termasuk kebiasaan-kebiasaan yang saya lakukan selama dua tahun terakhir ini- difilmkan.Mungkin hanya kebetulan jika terjadi banyak persamaan antara detail film The Amazing Spiderman dan kisah hidup saya; karena siapa lah saya. Saya bukan siapa-siapa.
Jika film ini benar terinspirasi dari beberapa kisah hidup saya, maka di bawah ini adalah “analisa-just-for-fun” saya.Tapi misalkan pun benar bahwa beberapa bagian hidup saya “menginspirasi” film ini.. namanya juga film, tidak akan persis sama seperti kenyataan nya. Sekarang saya mau berandai-andai.
Kata kunci: Semua karakter “pemain” ditukar dan/atau diacak.
Begitu pun dengan kebiasaan-kebiasaan nya.
PETER PARKER (PP)
adalah Boy, tukar posisi dengan PicoSampah. Peter Parker mencari jawaban atas rahasia hidupnya dengan menganalisa semua dokumen lama milik ayah nya. Kebiasaan yang dilakukan oleh Peter Parker, adalah kebiasaan saya di waktu luang selama dua tahun terakhir ini.Mencari jawaban atas segala kejanggalan yang saya temui dalam hidup saya. Di gambar, Peter Parker sedang mencari dokumen di tas kerja peninggalan ayah nya.
Saya menemukan foto-foto lama dan beberapa dokumen tas kerja kuno milik ayah saya.
Tulisan di depan tas adalah tulisan asli ayah saya. Foto tidak terlalu jelas (karena menggunakan camera blackberry yang jaga warnet)
Saat kecil Peter dititipi oleh orang tua nya ke uncle Ben dan aunt May
yang tinggal di rumah no. 36 (3/6 adalah tanggal lahir saya)
Perkiraan saya, uncle Ben adalah “mix” antara om saya Henk yang duda dan Chezar; dan aunt May adalah saya (almh. Maya, istri Henk).
dr. Curtis Connors (CC)
tokoh antagonis yang hanya mempunyai satu tangan, yaitu tangan kiri adalah PicoSampah, tukar posisi dengan Chezar Girindra; yang kidal. Peter Parker menemui dr. Curtis Connor untuk menyampaikan segala rumusan dan teori nya yang berhubungan dengan angka-angka (teori dan statistik) « Kalau tadi kebiasaan yang diacak, kali ini yang pernah melakukan hal tersebut diacak lagi. Saya yang pernah menemui PicoSampah dengan membawa segalam macam coretan angka saya. Tapi tidak dibukakan pintu oleh si cemen tersebut, sehingga saya meninggalkan coret-coretan saya tersebut di setang motor nya.HAPPY BIRTHDAY, SPIDERBOY!
Terinspirasi dari film tersebut di atas, keponakan saya Rava Khiandra (dari lahir biasa dipanggil abang, karena ayah Rava; Panji ayah Rava adalah berdarah campuran Jawa-Padang-Batak. Tapi karena lebih dominan darah Sumatera nya, maka nickname Rava adalah abang), merayakan ulang tahun nya di sekolahnya, tanggal 20 Juli 2012; dengan tema Spiderman. Ada beberapa foto yang saya anggap menarik untuk saya post di sini.
Sebelum tanggal 20 Juli, ada salah satu tweet @toiletcafe terkait dengan foto di atas, tweet tersebut kurang lebih bunyi nya: Kita adalah pita yang digunting (atau diputus)-saya belum ketemu tweet nya, jadi belum bisa buat screenshot nya
Tweet tsb diimplementasikan oleh adik-adik dan ipar-ipar saya sebelum acara ulang tahun Rava dimulai
Saya yakin yang tweet “Kita adalah pita yang digunting” adalah tweet yang mencerminkan/mewakilkan pikiran dan perasaan CGN. Jadi pita-pita yang digunting adalah simbol hubungan antara saya dan CGN dulu. Lalu pita-pita yang telah digunting tersebut, dijadikan penghias di goodie bags dan cupcakes (souvenir). Asumsi saya, itu adalah simbol hadiah/souvenir (untuk diberikan kepada seseorang). Saya adalah “hadiah/souvenir yang berpita”.
Sebelum acara dimulai, saya menyusul masuk ke dalam sekolah Rava. Saat naik, di pegangan tangga ada topi corak tentara merk Converse.
Seolah-olah topi Converse corak tentara ini, ‘menyambut’ kedatangan saya dan memberikan pesan “I was here”.
BERBAGAI SIMBOL LAIN
Panji (ayah Rava, suami Enna) dan Doddy (suami adik terkecil saya, Tyas) ikut turun tangan mempersiapkan agar cake tidak ambruk.
Spiderboy
Spiderman yang sedang memanjat tiang, mencoba untuk menggapai cake adalah simbol “jatuh bangun” nya Boy untuk menggapai saya kembali. Kemudian ada Batman, Ironman, dan Captain America (kalau dilihat dari depan, posisi berada di sebelah kiri) yang -menurut saya- terlihat seperti sedang menjaga Spiderman.
Di Kidea Preschool and Kindergarten, ada dua orang guru yang nama nya juga dapat dikaitkan dengan hidup saya -walaupun mungkin lagi-lagi hanya kebetulan- yaitu, Miss Fanny dan Miss Dewi.
Bukan kah sangat kebetulan saya juga mempunyai teman yang bernama Fanny Eldiana dan Dewi Rika dulu nya adalah teman dekat saya; dan mereka bersahabat erat). Dewi Rika adalah ex-pacar Boy.
FYI nama guru Azka di sekolah Suryadharma, adalah Miss Desy, mungkin kah bisa dikaitkan dengan @desyc? « hanya mencoba memaparkan kemungkinan, tak bermaksud apa pun.
Miss Fanny sedang memberikan globe pada Spiderboy. Entah simbol apa ini, yang pasti Rava disuruh berputar mengelilingi lilin kecil yang diletakkan di tengah teman-teman nya.
Mungkin kah ini simbol tentang perjalanan hidup seseorang yang pernah menginjakkan kakinya ke banyak negara di dunia? Ayah saya mungkin? Atau ibu saya?
Saya asumsikan simbol tersebut, adalah ayah saya. Karena Spiderman adalah laki-laki.
Kemudian Miss Fanny menunjukkan pada teman-teman Rava, perjalanan hidup Rava dari sejak lahir sampai umur 5 tahun (tidak semua fotonya ada)
Rava berpakaian ala Chef. Saya asumsikan ini adalah CGN. Karena CGN lumayan jago masak, karena dia dari dulu terbiasa hidup mandiri.
Kemudian Rava mengenakan beskap. Saya asumsikan ini adalah PicoSampah, yang sudah ditukar posisi nya dengan Boy.
Rava mengenakan kemeja dengan jam tangan, seperti eksekutif muda yang sukses?
Uncle Doddy yang mengenakan kaos dengan angka 10, menyalakan lilin ulang tahun Rava. Uncle Doddy adalah” uncle Ben (?)
Spiderboy dan orang tua nya (Enna-Panji)
Al, El (anak sepupu saya, Putri & Ibnu) dan Spiderboy. Nama anak Dhani Dewa dan Maya adalah Al dan El.
Putri dan Ibnu orang tua Al dan El (nama suami Putri, sama dengan eyang kakung saya, Ibnu Subroto). “Another” uncle Ben and aunt May (?)
THE PARTY IS OVER
Saya asumsikan cake ini sebagai saya…
…karena kami sekeluarga memang cake mania; terutama saya (hanya ada foto ini untuk membuktikan).
so…
Open your mask, son
Subscribe to:
Posts (Atom)