Semua kalimat dalam arti sebenar nya. Tak perlu dianalisa.
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN
Telah berpulang ke Rahmatullah istri/mama/nien yang sangat kami cintai; Tjahyani Subroto binti Baraya Barza pada hari Kamis, 16 Agustus 2012 pukul 22.00 di RS. Mitra Kemayoran, Jakarta.
|
Alhamdulillah ibu saya wafat pada hari baik dan bulan baik. Beliau tutup usia pada malam Jum'at, di bulan Ramadhan. |
|
Rumah duka Jl. Meilina Raya No. 4, Komp. Pertamina - Pondok Ranji, Bintaro. Rumah tempat disemayamkan nya jenazah almarhumah ibu saya, dan yang baru ditempati beliau selama 2 bulan 2 hari (14 Juni-16 Agustus 2012) |
Kamis, 16 Agustus 2012
Pagi
Saya pergi ke Snapy sekitar jam 10.30 pagi untuk mengupdate salah satu post. Dari pagi sampai siang ibu saya sibuk membersihkan rumah dengan adik saya, Enna. Beliau bilang bahwa hari itu adalah deadline rumah harus bersih, karena hari Minggu sudah Lebaran. Seperti tahun-tahun sebelum nya, hari kedua Lebaran rumah kami selalu open house dari pagi.
Siang - Sore
Sepulang dari Snapy (sekitar jam 12 siang), rumah saya dalam keadaan sudah bersih dan rapi sekali. Ibu dan ayah saya sedang nonton tv. Ibu saya sempat menyuruh saya makan siang dulu, saya bilang saya ngantuk banget. Saya yang tidak tidur semenit pun dari malam; langsung masuk kamar dan tidur.
Malam
Sekitar jam 18.30 saya terbangun untuk menjemputAzka di Bintaro Plaza, yang sedang buka bersama Alvin, adik Arman. Keluar kamar, saya agak heran. Rumah saya dalam keadaan gelap gulita. Tak ada satu pun lampu yang dinyalakan; dan ini di luar kebiasaan keluarga saya. Biasanya jika mereka pergi menjelang sore, pasti lampu ada yang dinyalakan.
Saya tau bahwa hari itu adik-adik saya harus ke airport untuk menjemput suami Enna, yaitu Panji; yang ambil cuti untuk berlebaran di Jakarta (Panji bekerja di Malang); tapi saya tak tau bahwa ayah dan ibu saya juga berencana ikut menjemput Panji. Setelah menyalakan semua lampu dalam dan luar, saya berangkat menjemput Azka di Bintaro Plaza (FYI, SAYA TAK PUNYA FIRASAT APA PUN, TAPI MALAM ITU SAYA MENGENAKAN KAOS HITAM dan JEANS HITAM); kemudian saya mengajak Azka makan di Bintaro 9 Walk, karena saya belum makan. Setelah itu kami langsung pulang.
Ketika saya dan Azka sampai rumah, garasi masih kosong. Berarti keluarga saya belum datang. Saya dan Azka langsung masuk kamar. Ketika saya sedang menggantikan baju Azka dengan baju tidur; sayup-sayup saya seperti mendengar suara ibu saya. Saya dengar ibu saya ngomong, "Ken, mama udah tenang. Tenang banget.". Saya sempat merinding, karena tak yakin bahwa suara yang saya dengar adalah suara ibu saya. Kurang lebih 5-7 menit kemudian, handphone saya berdering (sekitar jam 22.30). Ipar saya, Doddy menelphone saya dengan suara yang bergetar karena menangis, "Mbak, aduh gimana ya bilang nya? Umm, mama udah ngga ada mbak. Mama meninggal. Sekarang ada di RS. Mitra Kemayoran.".
Saya yang sempat mendengar suara ibu saya sebelum Doddy menelepon, sudah tidak terlalu kaget. Tapi setelah telephone ditutup, saya baru shock sebentar. Setelah itu saya siap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Tapi akhirnya saya minta Doddy yang sedang di rumah orang tua nya di sektor 9; untuk menjemput saya dan Azka dan berangkat ke Kemayoran bersama-sama. Doddy menelphone lagi dan mengatakan bahwa saya tak perlu ke Kemayoran, karena sudah banyak keluarga yang di sana untuk mengurus segala sesuatunya. Menurut Doddy percuma ke rumah sakit, karena sebentar lagi jenazah ibu saya akan dibawa ke rumah. Doddy bilang bahwa saya sebaiknya membereskan rumah, menyiapkan karpet-karpet, dll, sebelum jenazah datang. saya berdua Azka membereskan rumah, mencari karpet dsb. Tak lama kemudian beberapa sepupu saya dari pihak ibu saya yang laki-laki, datang. Mereka yang mengurus segala sesuatunya.
Kurang lebih pukul 12 malam, jenazah ibu saya dan rombongan dari rumah sakit sampai ke rumah kami (disemayamkan du rumah duka).
Kronologis Wafatnya Ibu saya (menurut cerita adik-adik saya)
Adik saya yang paling kecil, Tyas, mengantar Enna untuk menjemput Panji. Ayah dan ibu saya mau ikut, mereka mungkin mau sekalian buka puasa di luar. Jadi yang menjemput Panji saat itu: Enna dan Rava, Tyas dan Raekha, ayah dan ibu saya. Doddy tidak ikut karena masih di kantor, belum libur.
Sepulang dari airport, keluarga saya makan malam di Bandar Djakarta, Ancol. Kata adik-adik saya, ibu saya terlihat sangat senang, bahkan beliau bercanda dan tertawa-tawa terus. Selesai makan sekitar pukul 21.30, keluarga saya pulang. Masih di dalam Ancol, ibu saya terbatuk-batuk terus dan mengatakan bahwa beliau sesak nafas. Keluarga kami memang punya penyakit asthma dan alergi. Ibu saya penderita asthma parah, dan beliau selalu tergantung pada inhaler/ventolin. Di luar kebiasaan, malam itu ibu saya tidak membawa inhaler nya, tertinggal di rumah.
Panji langsung ngebut mencari apotik, bahkan sampai nyetir melawan arah untuk segera mencari apotik dan/atau rumah sakit terdekat. Menurut Panji, dia mengklakson-klakson sambil mengeluarkan tangan nya agar kendaraan lain menepi. Ibu saya memajukan badan nya ke depan dan ikut mengklakson-klakson agar diberikan jalan oleh kendaraan lain.
Ternyata tak ada apotik. Akhirnya mereka mencari mini market untuk membeli obat asthma untuk pertolongan pertama. Tyas turun membeli obat minum untuk melegakan pernafasan dan juga balsem. Ibu saya sempat meminum obat asthma tersebut, tapi air minum yang dipegang beliau mulai tumpah-tumpah karena tangan ibu saya gemetaran. Adik saya memberi nafas bantuan dan membaluri dada ibu saya dengan balsem. Tapi ibu saya terus bilang bahwa beliau tak bisa nafas, dan tak lama kemudian ibu saya pingsan di dada/dekapan ayah saya. Panji mengarahkan mobil ke arah Kemayoran, yang terdekat; dam menuju RS. MITRA.
|
Rumah Sakit Mitra Kemayoran |
Ibu saya langsung dibawa ke UGD. Semua turun dan masuk ke dalam UGD, kecuali ayah saya. Baru sebentar ibu saya di dalam ruangan; tapi pihak rumah sakit sudah menyerah karena sudah memberikan bantuan pernafasan maksimal. Menurut pihak rumah sakit, saat ibu saya pingsan; sebenarnya beliau telah wafat. Meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit (berarti ibu saya meninggal di dekapan ayah saya).
|
Suasana di ruang UGD RS. Mitra, Kemayoran |
Ayah saya yang merasa adik-adik saya terlalu lama di ruang UGD, dan
belum ada yang keluar untuk mengabari beliau; akhir nya mematikan mesin
mobil dan mengunci mobil sendiri lalu berjalan sendiri menuju ruang UGD
(fyi, setelah stroke ayah saya susah berjalan, dan menggunakan tongkat).
Sesampai nya di ruag UGD, pihak rumah sakit bilang bahwa ibu saya masih
dalam penanganan; padahal ibu saya telah wafat. Ayah saya disuruh pihak
rumah sakit untuk duduk dulu; tak lama kemudian baru beliau diberitahu
pelan-pelan.
|
Almh ibu saya, Tjahyani Subroto binti Baraya Barza. Suami almh tante saya, Henk, sedang membaca surat Yasin. |
Selamat jalan, Ma. Do'a kami semoga arwah Mama diberi ampunan dan rahmat, serta amal ibadah Mama diterima di sisi Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
|
Saya, Tyas, Enna |
|
Saya sangat sedih, tapi saya tenang. Tenang, karena almh ibu saya sudah sangat tenang. Ibu saya wafat dalam keadaan tersenyum. Saya mencium telapak kaki ibu saya saat jenazah beliau dimandikan |
|
Saya berkali-kali menciumi kaki ibu saya |
|
Jenazah ibu saya setelah disholatkan |
|
|
|
|
Suasana dalam rumah beberapa menit sebelum jenazah ibu saya dibawa ke mesjid, untuk selanjutnya diberangkatkan ke peristirahatan terakhir |
|
Alhamdulillah, banyak yang mengantar ibu saya ke peristirahatan nya yang terakhir |
|
Jalanan Jakarta saat itu tak begitu lengang |
|
Rombongan yang menuju TPU KAMPUNG KANDANG, Ciganjur |
|
Rombongan telah mendekati TPU KAMPUNG KANDANG, Ciganjur |
POST INI AKAN DIUPDATE LAGI
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.