Pages

Wednesday, August 15, 2012

Cendrawasih 271




Ayah saya 'jatuh miskin' sejak akhir 2009, kata nya. Tidak punya uang sepeser pun di bank, kata nya. Sejak itu tiap bulan saya menyisihkan uang dari Arman (dengan sepengetahuan dan seizin Arman), dan gaji saya untuk tambahan uang bulanan orang tua saya, kedua adik saya pun melakukan hal yang sama.
Pernah satu waktu, ibu saya mengeluh tak punya uang sama sekali; akhirnya saya merelakan dan menyerahkan jam tangan kado dari B untuk ibu saya jual; dan SELURUH hasil jual jam tangan tersebut untuk ibu saya, saya tak minta/mengambil sepeser pun.

July 2010, ketika ayah sy stroke, sy mulai merasa adanya kejanggalan.  ayah sy di ICU di rumah sakit yg biaya ruang ICU nya -tmsk obat dll- sekitar 8 juta per hari. Biaya perawatan UGD yang hanya beberapa jam saja; Rp. 4 juta lebih dan harus dibayar malam itu juga.



Tulisan tersebut adalah tulisan petugas administrasi RS. Premier Bintaro, tiap kali saya menyetor uang ke kasi (begitu ada dan bantuan), langsung saya setorkan. Total bill: Rp. 57. 522. 157,- << angka-angka yang sangat familiar bagi saya. 

Masih masuk akal, jika org yg harus di ICU tak bs dipindahkan. yg sy heran, mengapa pada saat ayah sy sdh bs dipindahkan ke kamar, kel. sy tidak memindahkan beliau ke rumah sakit murah; tapi malah adik2 sy memilih kamar VIP?

Pada saat registrasi, sy bingung memilih kamar. adik sy Enna dgn tegasnya, memutuskan "Dad harus di kamar VIP..". Dan ayah sy langsung dibawa ke kamar Cendrawasih 271 (fyi 27 adlh tgl lahir enna, 27 May.

Berhubung laptop saya rusak total, jadi semua foto ketika kami di rumah sakit tak bisa ditransfer ke flashdisk saya; tapi di bawah ini ada screenshot updatean salah satu ipar saya Doddy Widodo Jayadi; sebagai bukti pendukung bahwa ayah saya memang menempati kamar VIP Cendrawasih 271.

Alhamdulillah nya, semua kel. dan tamu2 yg berkunjung -tanpa kami minta- sllu memberikan bantuan uang. sy yg dipercaya kel. sy mjdi bendahara dadakan, sempat terkaget-kaget. kami bs mendapat bantuan, jika pukul rata, hampir 5-10 juta per/hari.





Ibu dan adik2 sy blg, "See? Bantuan buat daddy pasti ada aja. Sekarang dad menuai hasil, karena kebaikan/kemurahan hatinya, waktu masih 'berada'." Ayah saya memang sangat murah hati. Dulu beliau selalu membantu panti-panti asuhan dan mesjid-mesjid.
Terkait dengan bantuan dana dari keluarga, teman-teman ayah saya, para relasi, dan juga perusahaan-perusahaan tempat beliau bekerja dulu; ada sedikit "keanehan". Bantuan  dana terhenti ketika jumlah nya benar-benar hampir mencapai/menyamai total jumlah biaya rumah sakit.




Masih tak masuk di akal saya bagaimana mungkin keluarga 'sangat miskin' dengan anak-anak dan menantu-menantu nya nya yang bisa dibilang keluarga muda yang berpenghasilan belum berlebih bisa dengan pede nya memilih kamar VIP??? Padahal ayah saya saat itu belum diprediksi harus tinggal berapa lama, bisa saja sebulan atau lebih; otomatis perawatan yang lebih lama akan melonjakkan biaya kamar. Untung nya ayah saya hanya dirawat kurang lebih 7 hari, di kamar. Di ICU sekitar 4 hari.

Mengapa keluarga saya seolah-olah bisa memprediksi akan menerima bantuan sumbangan dr berbagai pihak? Mengapa mereka bisa segitu pede nya?


Ayah saya diperbolehkan dokter keluar rumah sakit (berobat jalan) tanggal 21 Juli 2010. Total biaya kamar selama 7 hari: Rp. 36.290.196.33 << muncul lagi angka 21, 36, 29 (29 Juli tgl akad nikah saya dan ex-suami, Arman) dan 33.

Secara logika, bukan kah keluarga yang sangat miskin jika terpaksa masuk rumah sakit mahal pun; tak kan memilih kamar VIP?
Keluarga-keluarga sangat miskin yang normal; tak kan mungkin memilih/akan berpikir beribu kali sebelum memilih RS. Premier Bintaro.

Saya tak suka dengan segala hal yang tak masuk logika saya.

NB: Post ini bukan ditujukan untuk Boy atau Chezar dan/atau menyindir siapa pun.

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.